ISBN: 978-623-96489-4-7
Penulis: Prof.Dr.H. Saiful, M.Kes dan Suhartiwi, S.Pd.,M.Pd
Penerbit: Ud.Al-Hasanah
Tahun Terbit: Mei 2023
Arkeologi, Masa Lalu Untuk Masa Depan
ISBN: 978-623-96489-4-7
Penulis: Prof.Dr.H. Saiful, M.Kes dan Suhartiwi, S.Pd.,M.Pd
Penerbit: Ud.Al-Hasanah
Tahun Terbit: Mei 2023
KHABAR
Khabar merupakan sebuah historiografi Islam yang paling tua. Khabar dikenal sebagai sebuah bahasa lisan yang berhubungan dengan cerita-cerita perang dengan uraian yang baik dan lengkap, biasanya membahas mengenai suatu kejadian yang kalau ditulis hanya terdiri dari beberapa halaman saja. Adapun dalam konteks karya sejarah yang lebih luas sering kali dipergunakan sebagai "laporan", "kejadian", atau "cerita". Khabar memiliki karakteristik yang ditekankan pada garis sanad yang mendahului tiap-tiap khabar. Bentuk khabar ini telah berjalan dan kuat pada masa pra-Islam, yang merupakan bentuk tradisi lisan dan tulisan yang masuk ke dalam masyarakat Islam tanpa adanya ruang waktu yang menyelinginya.
Historiografi Arab/Islam, sangat erat hubunganya dengan perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Dimana kedudukan sejarah dalam pendidikan Islam telah memberikan pengaruh yang menentukan tingkat intelektual penulisan sejarah. Hal ini membuat historiografi Arab/Islam dengan mudah dipelajari dan dipahami dalam kerangka kebudayaan Arab/Islam.
Tujuan awal kajian filologi terhadap naskah Nusantara adalah untuk penyuntingan, atau pembahasan dan analisis atau untuk tujuan kedua-duanya. Objek pengkajian naskah Nusantara oleh bangsa Belanda dan bangsa Eropa lainnya dimulai dengan naskah Jawa dan naskah Melayu.
Penelitian terhadap naskah Nusantara memiliki banyak tujuan. diantaranya untuk penyebaran agama dan untuk kepentingan pengajaran. Adapun penelitian naskah Nusantara yang dilakukan oleh para penginjil yang diutus NBG bertujuan untuk kepentingan penyebaran agama Kristen dengan penerjemahan Alkitab dan penyebaran Alkitab berbahasa Nusantara yang mudah dipahami oleh masyarakat Nusantara.
Saat kedudukan VOC melemah di kawasan Indonesia, maka penyebaran Alkitab dilanjutkan oleh Zending dan lembaga yang disebut Bijbelgenootschap. Pada tahun 1814. lembaga ini mengirim seorang penginjil protestan yang bernama G. Bruchner ke Indonesia dan ditempatkan di Semarang untuk menyebarkan Alkitab di Pulau Jawa. Bruchner berusaha untuk memperlancar berbahasa dan kemampuan untuk menerjemahkan Alkitab dengan cara bergaul dengan masyarakat Jawa dan banyak mempelajari naskah-naskah Jawa.
Penguasaan Eropa khususnya Belanda atas kepulauan Nusantara, tidak hanya terbatas pada usaha dalam penguasaan wilayah politik, ekonomi, dan kekayaan Nusantara. Penguasaan tersebut juga mencakup upaya penguasaan seluruh aspek kehidupan bangsa di kawasan ini.