Sasadarahayunira, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons
Gambi merupakan pakinangan tradisional Buton yang khusus digunakan oleh raja/sultan. Pakinangan merupakan sebuah wadah persirihan yang terdiri atas wadah daun sirih, wadah kinang, wadah gambir, dan sebagainya. Pakinangan adalah salah satu hasil kebudayaan masa lalu yang pada saat ini keberadaannya langka. Masyarakat Indonesia mengenal pakinangan sebagai tempat sirih. Kebiasaan makan sirih merupakan kebiasaan yang universal di Indonesia. Sebelum abad ke 9 Masehi, wadah untuk bahan kinangan sudah mulai ada di Indonesia dan biasanya dipakai untuk sarana menyambut tamu terhormat.
Melalui kajian filologi, khazanah budaya di kawasan Asia menjadi terungkap luas. Sebelum tarikh masehi, Asia merupakan kawasan yang dihuni oleh bangsa-bangsa yang telah memiliki peradaban tinggi seperti kawasan China dan India.
Penyampaian wahyu (Al-Quran) oleh Nabi Muhammad SAW telah melumpuhkan kegiatan penyair Arab. Penulisan teks Al-Quran berlangsung selama 23 tahun dalam bentuk ayat-ayat berdasarkan latar belakang turunnya ayat-ayat tersebut. Penulisan dilakukan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW saat mereka mendengarnya langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Perhatian para penguasa terhadap ilmu pengetahuan pada abad pertama kekuasaannya sangat besar, karena umumnya mereka sendiri merupakan seorang ulama atau ilmuwan. Almanshur misalnya, dikenal memiliki daftar buku ilmu pengetahuan yang lengkap saat itu, beliau juga sebagai perawi Hadis yang baik, serta memiliki jiwa sastra yang tinggi danjuga sebagai kritikus sastra yang tajam.
MASA AWAL ISLAM
Masa ini adalah masa kerasulan Muhammad SAW 611 M - 632 M. Pada masa ini terbagi atas dua periode yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Pada periode Makkah penekanan pada keimanan, sedangkan periode Madinah merupakan menetapan syariat (ibadat, kemasyarakatan dan pemerintahan). Kekuasaan pada masa ini masih terbatas di Jazirah Arab.
Bangsa Arab merupakan bangsa Semit yang berasal dari dua kabilah besar yaitu Kabilah Adnany di sebelah utara dan Qahthany di sebelah selatan. Bangsa Arab Adnany menjalani kehidupan nomaden dengan peternakan sebagai sumber kehidupan mereka. Sedangkan Bangsa Arab Qahthany hidup menetap dan telah memiliki peradaban tinggi. Puncak kejayaannya yaitu pada zaman kerajaan Saba' yang telah memiliki bendungan besar yaitu Ma'rib, dan kerajaan Himyar yang memiliki armada laut yang kokoh.
Sejak abad ke-33 SM, gelombang migran dari gurun Arabia masuk Mesopotamia. Mereka tinggal disepanjang lembah Eufrat dan Tiggris. Hal tersebut membuat terjadinya perubahan terhadap pola hidup dan menyebabkan proses denomadisasi berlangsung sehingga mereka menjadi bangsa yang menetap.
Melayu Jawi merupakan sebuah kelompok etnis dari orang-orang Austronesia yang menghuni Semenanjung Malaya, Sumatra bagian timur, bagian selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk Brunei, Kalimantan Barat dan Sarawak serta Sabah pesisir, dan pulau-pulau kecil yang terletak antara lokasi ini yang secara kolektif dikenal sebagai Alam Melayu. Lokasi ini sekarang merupakan bagian dari negara modern Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Burma, dan Thailand.
Dalam upaya mendukung program pemerintah untuk menggali potensi dan memajukan desa yang ada di wilayah Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo melaksanakan kegiatan Program Desa Binaan. Program Desa Binaan dilaksanakan ditiga desa yang berada di wilayah Sulawesi Tenggara. Salah satu desa yang menjadi desa pilihan pada Program Desa Binaan FIB UHO adalah Desa Buke, Kecamatan Buke, Kabupaten Konawe Selatan.
Sejarah seni ragam hias di Indonesia, diawali pada zaman Prasejarah yaitu pada masa Neolitikum sekitar 4000 tahun yang lalu.
Perkembangan arsitektur kolonial Belanda digolongkan menurut beberapa waktu, yaitu pada abad ke-19 (tahun 1850-1900), awal abad ke-20 (tahun 1900-1915), dan tahun 1916-1940.
Sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia di era tahun 1950 sampai tahun 1960-an diwarnai dengan hadirnya sebuah gaya yang dikenal dengan nama arsitektur Jengki. Penampilannya yang unik menjadikannya berbeda dengan arsitektur kolonial Belanda sebelumnya. Kehadirannya merupakan jawaban langsung terhadap tantangan yang dihadirkan dan diwarnai dengan semangat zaman di masa lampau.
Sejarah perkembangan kota di Indonesia tidak bebas dari nilai-nilai yang memengaruhinya. Bentuk kota Indonesia yang ada telah dideliniasi oleh berbagai kekuatan dan ditentukan oleh kedudukan lokalnya. Bentuk kota tidak hanya bentuk fisik saja tetapi sesungguhnya merupakan ekspresi dari berbagai faktor antara lain politik, ekonomi, sosial, budaya yang diwariskan oleh masyarakat selama beberapa kurun waktu. Lingkungan alam, perilaku masyarakat, kontribusi ideologi, dan budaya asing telah merajut bentuk kota di Indonesia melalui perjalanan waktu. Dengan demikian, transformasi dan perkembangan bentuk fisik kota di Indonesia tidak bebas dari masa lalu.
Berkembangnya kota-kota besar di Indonesia sekarang ini tidak lepas dari peranan bangsa Eropa terutama Belanda pada saat mereka menguasai hampir seluruh wilayah kepulauan Nusantara, yang memulai perkembangannya dengan kehidupan dalam benteng (intra muros). Ini dibuktikan dengan masih dominannya struktur fisik kota-kota di Indonesia yang pernah dirancang oleh bangsa Eropa, seperti yang tampak pada kota Jakarta, Surabaya, Makassar bahkan Semarang disebut sebagai "Little Netherlands" dan Bandung sebagai "Paris Van Java". Hal ini membuktikan bahwa kota-kota tersebut tetap menampilkan struktur kota kolonial sebagai bagian dari perkembangan kota.