Tampilkan postingan dengan label Prehistory Archaeology (Arkeologi Prasejarah). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Prehistory Archaeology (Arkeologi Prasejarah). Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 April 2021

TEORI DASAR PERBURU PERAMU

Berbagai teori dasar telah dimunculkan dan dikembangkan sehubungan dengan penelaahan terhadap masyarakat perburu dan peramu. Teori-teori dasar yang dimaksud adalah; “Hunter-Gatherer as Primitives” theories, “Hunter-Gatherer as Lay Ecologist” theories, dan “Hunter-Gatherer as Optimal Forager” theories

Teori bahwa masyarakat perburu dan peramu adalah masyarakat primitive pertama kali dicetuskan oleh Lewis Henry Morgan, seorang pengacara yang beralih profesi menjadi etnografer. Ia membagi perkembangan yang telah dicapai oleh umat manusia dalam tiga periode besar yakni: savagery, barbarism, dancivilization. Ketiga kelompok ini iabagi lagi menjadi: 1) Lower status of savegery, 2) Middle status of savegery, 3) Upper status of savegery, 4) Lower status of barbarism, 5) Middle status of barbarism, 6) Upper status of barbarism, 7) Status of civilization. Sayangnya, teori ini tidak dapat bertahan lama oleh karena fakta lapangan menunjukkan bahwa perkembangan suatu masyarakat acap kali tidak mengikuti arahp anah perkembangan sebagaimana yang dikemukakan oleh Morgan.

Sabtu, 20 Maret 2021

Masa Keramik Kebudayaan Melanesia

Budaya keramik di Melanesia dikenal sejak masuknya bangsa Austronesia dari Asia Tenggara sekitar 5000 SM. Pada masa keramik (ceramic) di Melanesia, budaya yang paling menonjol adalah industri gerabah (earten ware) yang dikenal dengan nama budaya Lapita. Budaya Lapita berasal dari percampuran antara bangsa Papua dan Uastronesia yang menjadi penduduk wilayah Melanesia. Dari percampuran tersebut kemudian melahirkan suatu kebiasaan bercocok tanam secara agrikultur berupa tanaman sukun, pisang, ubi, uwi, talas (taro), dan kebiasaan membuat teknologi keramik. Teknologi keramik inilah yang disebut dengan keramik Lapita (Lapita Culture).

Selasa, 16 Maret 2021

Hasil Kebudayaan Masa Prakeramik Kepulauan Melanesia

Dari hasil penelitian para arkeolog, diketahui tentang bukti-bukti prasejarah yang tersebar luas di Melanesia, mulai dari Papua New Guinea ke kepulauan disekitarnya terutama persebaran tersebut ke arah timur. Peter Bellwood membagi prasejarah di Melanesia menjadi dua, yaitu masa prakeramik (900-1000 BC) dan masa keramik (1500 BC sampai sekarang).

Bukti-bukti mengenai awal prasejarah di Melanesia pada masa prakeramik sudah ada sekitar 2500 BC. Bukti-bukti tersebut ditandai dengan temuan bilah berpinggang dan kapak pahat di situs Kosipe yang memperlihatkan kesamaan dengan situs Guah Niah di Asia Tenggara. Penggalian oleh J.Peter White di situs Kafiavana menemukan beberapa gua payung. Umumnya, temuan di situs tersebut berupa alat-alat kerakal (pebble), serpih berperimping lurus dan cekung (berpinggang) dan fragmen batu asah (ground stone tool). Karakteristik alat serpih Kafiavana ialah ukuran kecil, berperimping dengan penyerpihan secara unifasial. Kapak-pahat (axe-adzes) dengan potongan melintang (cross section), berbentuk lensa (lenticular) yang diperkirakan berasal dari masa 9000 BC. Adapun Keletakan temuan lokal terdapat pada lapisan basalt. Selain itu, temuan alat dari kerang laut diperkirakan 9000-7000 BC dan sampai sekarang masih merupakan barang komoditi yang penting di dataran tinggi New Guinea. Temuan yang lain adalah tulang babi yang berasal dari 4500-3000 BC.

Minggu, 07 Maret 2021

Ras, Bahasa, dan Kehidupan Sosial Ekonomi Kepulauan Melanesia

 

suarapapua.com

 

 

RAS

Secara garis besar, ras yang terdapat di daerah Pasifik dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu wilayah-wilayah yang mewakili ras Austroloid dan wilayah-wilayah yang mewakili ras Mongoloid. Ras Austroloid meliputi populasi orang-orang kerdil (Dwarf Populations) yang terdapat dibeberapa Negara, seperti populasi orang-orang pygmy di New Guinea. Di wilayah Melanesia juga merupakan daerah sebaran dari ras Austroloid meskipun berbeda dengan orang-orang pygmy, terutama dari sudut tinggi badan. Orang-orang Melanesia pada umumnya memiliki kulit yang berwarna gelap, rambut berwarna coklat dan hitam, tinggi badan bervariasi; bagian barat Melanesia 160 cm dan daerah yang dekat dengan Polinesia seperti Fiji, New Caledonia, dan New Hebrides berkisar 170 cm.

Sabtu, 06 Maret 2021

Pengertian dan Keadaan Alam Kepulauan Melanesia

 

 
en.wikipedia.org

 

 Secara harfiah, kata Melanesia berarti pulau-pulau hitam. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1927 oleh seorang nahkoda kapal bernama Domout d'Urville yang berasal dari Perancis. Selama bertahun-tahun yaitu sebelum adanya kajian yang komprehensif mengenai bahasa yang ada di Pasifik, baik orang Papua dan Melanesia digolongkan ke dalam kategori penutur bahasa Melanesia. Melanesi disebut juga dengan istilah "black islands", terutama New Guinea dan pulau-pulau kecil disebelah baratnya.

Selasa, 26 Januari 2021

Prasejarah Sulawesi Selatan

 

 
Sumber: ksmtour.com


Buku Prasejarah Sulawesi Selatan merupakan sebuah buku yang menjelaskan bagaimana proses terbentuknya pulau Sulawesi dan bagaimana kehidupan manusia prasejarah di Sulawesi Selatan. Buku ini ditulis oleh Akin Duli, Muhammad Nur, Aldi Mulyadi, dan Muhammad Tang, pada tahun 2004. Di dalam buku ini dituliskan bagaimana proses terbentuknya Sulawesi, kehidupan manusia prasejarah, dan alat-alat yang digunakan pada masa prasejarah di Sulawesi Selatan. Masa-masa yang dijelaskan berupa masa awal berburu dan mengumpulkan makanan, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, jaman logam, hingga tradisi megalitik di Sulawesi Selatan.

Kamis, 10 Desember 2020

Sejarah Terbentuknya Pulau Sulawesi



Pulau Sulawesi ditemukan pertama kali oleh Alferd Russel Wallace. Wallace adalah seorang berkebangsaan Inggris yang melakukan perjalanan mengelilingi Indonesia yang dimulai dari pulau Borneo sampai ke pulau Iria, termasuk ke pulau Sulawesi pada tahun 1856 sampai pada tahun 1862. Ketika Wallace melakukan perjalanan di Sulawesi, perjalanan pertamanya dimulai dari Ujung Pandang (Makassar) pada bulan September-Desember tahun 1856. Wallace kemudian melanjutkan perjalanannya ke Manado dan Minahasa serta pulau-pulau kecil disekitarnya pada tahun 1859.

Sabtu, 05 Desember 2020

Tinggalan-Tinggalan Masa Pra-Keramik di Melanesia


Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para arkeolog, diketahui bahwa di Melanesia, mulai dari daerah Papua New Guinea hingga ke kepulauan disekitarnya terutama ke wilayah timur, tersebar bukti-bukti prasejarah. Wilayah Melanesia terdiri atas beberapa wilayah, diantaranya Irian Jaya, Papua New Guinea, New Britain, New Ireland, New Hebrides, New Caledonia, Solomon dan Fiji. 

Peter Bellwood membagi prasejarah di Melanesia menjadi dua, yaitu masa pra-keramik (tahun 9000-1000 BC) dan masa keramik (tahun 1500 BC hingga sekarang). Masa pra-keramik di Melanesia sudah ada seitar 2500 BC, yang ditaai dengan ditemukannya "bilah berpinggang" dan "kapak pahat" di stus Kosipe. Temuan tersebut memperlihatkan kesamaan dengan situs Gua Nia di Asia Tenggara.

Rabu, 07 Oktober 2020

Pengantar Seni Ragam Hias Indonesia

 


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Materi awal seni ragam hias pada kesempatan kali ini, dimulai dengan membahas mengenai "Pengantar Seni Ragam Hias Indonesia. Dimana pada kesempatan ini, menjelaskan ruang lingkup serta tujuan mempelajari seni ragam hias Indonesia untuk arkeologi.


Selasa, 08 Oktober 2019

Perkembangan Ragam Hias di Indonesia

Ragam hias yang terdapat diberbagai tinggalan di Indonesia ditampilkan sesuai dengan fungsinya pada berbagai material seperti kayu, tembikar, batu dan kain tenun. Hal ini menunjukkan bahwa ragam hias adalah wujud dari budaya. Wujud budaya tersebut kemudian mengalami perkembangan. Budaya yang ada mengalami proses perubahan hingga membentuk akulturasi budaya. Akulturasi yang terjadi dapat dilihat pada beberapa ragam hias pada tinggalan masa lalu.

Jumat, 04 Oktober 2019

Sejarah dan Bentuk Ragam Hias Indonesia

Seni ragam hias atau yang biasa dikenal dengan istilah ornamen telah dikenal masyarakat sejak masa prasejarah. Hal ini ditandai dengan banyaknya tinggalan yang memiliki ornamen, mulai dari masa prasejarah hingga kolonialisasi. Berdasarkan tinggalan yang ada, menunjukkan bahwa ornamen telah ada pada kehidupan masyarakat prasejarah yakni pada masa Neolithikum, kira-kira 4000 tahun yang lalu. Selain itu, ornamen sangat banyak dijumpai pada tinggalan-tinggalan masa klasik atau yang dikenal juga dengan masa Hindu-Budha, serta pada masa Islam. Ornamen yang paling tua ditemukan kurang lebih berumur 150 Masehi. Sekitar tahun 1275 Masehi, tepatnya masa kolonial, ornamen banyak dijumpai pada tinggalan-tinggalan bangunan.

Jumat, 27 September 2019

Deskripsi Objek Arkeologi

Terompet dari Tulang Burung
Terompet dari tulang burung ini ditemukan di gua di Jerman. Diperkirakan terompet tulang burung tersebut berusia 35.000 tahun. Terompet ini memiliki panjang 22 centimeter, berwarna coklat muda, dan memiliki lima lubang. Menurut Jurnal Nature, instrumen musik ini adalah alat musik yang paling tua di dunia. Terompet lain ditemukan antara lain di Austria (berumur 19.000 tahun) dan sebanyak 22 terompet juga ditemukan di Prancis (berumur 30.000 tahun).



Kamis, 26 September 2019

Peninggalan Prasejarah di Kabupaten Barru, Propinsi Sulawesi Selatan - Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Barru. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.174,72 km² dan berpenduduk sebanyak ±150.000 jiwa.

Kabupaten Barru adalah merupakan salah satu Daerah di Sul-Sel yang rnemiliki Obyek Budaya yang cukup banyak. Rumah adat Saoraja Lapinceng merupakan salah satu peninggalan sejarah/budaya masa lalu, rumah ini di buat pada tahun 1895 pada masa pemerintahan Raja Balusu Andi Muhammad Saleh Dg.Parani yang digelar Petta Sulle.

Sabtu, 21 September 2019

Gerabah Masa Prasejarah

Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat kesenian merupakan salah satu unsure kebudayaan yang universal dan dapat ditemukan pada semua kebudayaan di dunia, baik dalam masyarakat pedesaan yang terpencil maupun dalam masyarakta perkotaan yang besar dan kompleks (1994:2). Gerabah sebagai salah satu bagian dari hasil budaya manusia, dalam sistem sosial budaya masyarakat tradisional memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai aktivitas ataupun upacara tradisional masyarakat pendukungnya. 

Eratnya hubungan baik antara keluarga dan masyarakat, hampir setiap kegiatan sosial budaya dilakukan secara bersama-sama. Demikian pula dalam pembuatan gerabah yang di dalamnya terkandung unsur sent terapan perlu dipelajari bukan hanya sebagai seni tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang, melainkan juga sebagai upaya untuk memahami keberadaan gerabah dalam tata kehidupan budaya masyarakat. Kerajinan gerabah, anyam-anyaman dari bambu, ukiran kayu dan yang lainnya walaupun dalam bentuknya sederhana merupakan seni komunitas pedesaan yang masih akrab, homogen dan masih berfungsi untuk mengikat solidaritas komunitas (Kayam dalam Sudarso, 2002:2). 

Rabu, 20 Februari 2019

KOMPLEKS MAKAM PURBAKALA SUMPANG BITTA

Secara administratif, Taman Purbakala Sumpang Bitta terletak di Desa Sumpang Bitta, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep. Taman Purbakala Sumpang Bitta berada 55 km disebelah utara kota Makassar, Sulawesi Selatan. Situs ini secara astronomis terletak 5020’LS dan 119039’BT. Lokasi situs udah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Untuk menuju ke Taman Purbakala Sumpang Bitta, dari kota Makassar menuju ke arah Pare-Pare melalui jalan aspal. Ketika tiba di kilometer 55, yaitu di Kampung Soreang, Pangkep, membelok ke kanan menuju pabrik semen Tonasa. dari pabrik semen Tonasa, kemudian ke arah Timur menuju kompleks Taman Purbakala Prasejarah. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan melalui sedikit mendaki sejauh 3 km.

Di dalam kompleks Taman Purbakala Sumpang Bitta terdapat dua buah Gua Prasejarah, yaitu Gua Sumpang Bitta dan Gua Bulu Sumi. Luas kawasan taman sejumlah 2 ha, yang terbagi atas tanah datar dan gunung kapur. Kedua gua tersebut terletak pada gunung kapur atau gamping. Pagar kawat duri terdapat sepanjang 500 meter disebelah Utara lokasi yang membatasi antara tanah situs dan milik pabrik Semen Tonasa. Sebelah Timur dan Selatan tidak dipagari karena dibatasi oleh gunung Gamping. Pada bagian yang banyak lukisannya, di Gua Sumpang Bitta juga diberi pagar khusus dari kayu.

Sabtu, 02 Februari 2019

TEORI-TEORI DALAM PEMBABAKAN ZAMAN PRASEJARAH

Teori-Teori Dalam Pembabakan Zaman Prasejarah

1. Zaman Batu Tua (Paleolithikum)/ Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Teori yang cocok untuk masa ini adalah teori: Robert Bettinger yang menyatakan bahwa eksistensi perburu-pengumpul dilihat sangat negatif, dan menurutnya, yaitu perburu-pengumpul dipandang menduduki anak tangga paling bawah dari tangga yang berkenaan dengan evolusi.
2. Zaman Batu Tengah (Mesolithikum)/ Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Teori yang cocok untuk masa ini adalah teori: Richard Lee yang mengemukakan bahwa air merupakan sumber satu-satunya hal yang sangat penting dalam menentukan atau memutuskan pola-pola pemukiman dan demografi masyarakat perburu-pengumpul.
3. Zaman Batu Muda (Neolithikum)/ Masa bercocok-tanam. Teori yang cocok untuk masa ini adalah:
A. Lewis Henry Morgan dalam Ancient Society (1877) berpendapat bahwa pemeliharaan binatang (pastoralisme) harus pula diikuti dengan desa-desa agrikultur atau daerah pertanian sepanjang Easter Hemisphire.
B. Robert Braidwood membantah teori Childe. Ia mengatakan bahwa selama proses penjinakan binatang dan tumbuh-tumbuhan, cuaca tidak berubah (tetap). Masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan pun tetap tempat tinggalnya. Bersama-sama dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Jumat, 25 Januari 2019

Situs Prasejarah di Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan-Indonesia

Kegiatan ini merupakan kegiatan kuliah lapangan mata kuliah “Prasejarah Sulawesi” yang dibina oleh dosen pengajar mata kuliah Pak Muhammad Nur, pada tanggal 16-18 April 2010. Kegiatan yang dilakukan adalah mengunjungi situs-situs, belajar membuat alat batu, melaporkan hasil kegiatan, memasak dan pada hari terakhir, berekreasi ke air terjun yang dikelilingi oleh pelangi. Air terjun ini berada di atas gunung dan untuk menempuh kesana, harus melewati jalan yang melelahkan, mendaki, lewat sawah, sungai, rumah penduduk dan hutan-hutan. Adapun situs-situs arkeologi yang dikunjungi adalah:

Tinggalan Masa Prasejarah dan Masa Islam Diberbagai Situs yang ada di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan-Indonesia

Kegiatan ini merupakan kegiatan kuliah lapangan mata kuliah “Prasejarah Indonesia” dan “Arkeologi Islam” yang dibimbing oleh dosen pengajar mata kuliah yaitu Muhammad Nur, Hasanuddin, dan Rosmawati. Kegiatan berlangsung pada tanggal 4 – 7 Desember 2009 di situs-situs yang terletak di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Kegiatan yang dilakukan selama kegiatan adalah mengunjungi situs-situs lalu mendeskripsikannya, kemudian membuat laporan sementara, lalu mendiskusikannya. Adapun situs-situs beserta temuan-temuannya yang dilihat adalah sebagai berikut:

Rabu, 23 Januari 2019

Pelatihan Metodologi di Situs Gantarangkeke

Pada tanggal 14-16 agustus 2009, saya mengikuti Pelatihan Metodologi di situs Gantarangkeke yang terletak di Kab. Bantaeng, Makassar. Pelatihan itu diikuti oleh mahasisiwa Arkeologi Universitas Hasanuddin angkatan 2008 yang dilaksanakan oleh jurusan Arkeologi Universitas Hasanuddin. Dalam kegiatan ini, seluruh peserta melakukan pemetaan, mensurvei, serta merekam data pada situs Gantarangkeke.

Artikel Popular Pekan Ini