Al-Hasanah Publishing

Al-Hasanah Publishing
Punya naskah? Ingin diterbitkan jadi sebuah buku? Percayakan naskah Anda bersama penerbitan kami

Rabu, 02 November 2022

Kajian Awal Terhadap Naskah Nusantara

Tujuan awal kajian filologi terhadap naskah Nusantara adalah untuk penyuntingan, atau pembahasan dan analisis atau untuk tujuan kedua-duanya. Objek pengkajian naskah Nusantara oleh bangsa Belanda dan bangsa Eropa lainnya dimulai dengan naskah Jawa dan naskah Melayu.

Adapun hasil penyuntingan berupa penyajian teks pada huruf aslinya yaitu huruf Jawa dan Pegon (Jawi), dengan disertai kata-kata pengantar singkat tanpa analisis isi. Naskah yang disunting antara lain syair Bidasari oleh Van Hoevell tahun 1843, Sri Rama oleh Roorda Van Eysinga tahun 1843, dan Ramayana Kakawin oleh H. Kern tahun 1900. Metode penyuntingan yang digunakan adalah intutif dan diplomatik.

Pada perkembangan selanjutnya, teks naskah Nusantara dikaji dengan transliterasi dalam aksara latin. Naskah-naskah yang telah mengalami proses transliterasi antara lain: 

  1. Naskah Jawa kuno, diantaranya: Wrettasantjaja tahun 1849, Ardjoena Wiwaha tahun 1850, dan Bomakawya tahun 1850, yang ditransliterasi oleh R. TH. A. Friederich.
  2. Barata Joeda yang ditransliterasi oleh Cohen Stuart.
  3. Teks Mahabharata dengan judul Adiparwa yang ditransliterasi oleh H.H. Joynboll tahun 1906.

Kajian naskah kemudian berlanjut mengalami perkembangan kearah penerjemahan dalam bahasa asing, terutama bahasa Belanda. Teks yang diterjemahkan antara lain teks dalam naskah-naskah Sang Hyang Kahamayanikan oleh J.Kart tahun 1910, dan Arjuna Wiwaha oleh Poerbatjaraka tahun 1926. 

Adapun suntingan teks yang dilakukan pada abad ke-20 umumnya dilengkapi dengan terjemahannya ke dalam bahasa Inggris atau Belanda. Sebagian dari naskah tersebut hanya diterbitkan dalam bentuk terjemahannya saja seperti teks dari naskah seperti Sejarah Melayu oleh Leiden tahun 1821, Tha Malay Annals oleh C.C Brown tahun 1952, dan Hikayat Hang Tuah oleh H. Overbeck tahun 1922.

Selanjutnya, suntingan naskah Nusantara dengan metode kritik teks mulai dilakukan di abad ke-20. Kegiatan ini telah membuat kajian naskah di kawasan Nusantara mengalami perkembangan secara ilmiah. Hasil suntingan dengan kritik teks banyak yang diterbitkan dengan menyertakan terjemahannya dalam bahasa Eropa antara lain Inggris, Belanda, dan Jerman. Karya-karya itu antara lain Het Boek Der Duizend Vragen oleh G.F. Pijper tahun 1924, Hikayat Merong Mahawangsa oleh Siti Hawa Soleh tahun 1970, Arjuna-Wiwaha oleh S. Supomo tahun 1977, dan Jenanasiddhanta oleh Haryati Subadio tahun 1971.

Besarnya perhatian terhadap karya tulis dari kawasan Nusantara telah menuntut lahirnya penerbitan ulang hasil penyuntingan, seperti:

  1. Naskah Primbon Jawa dari abad ke-16. Naskah ini pertama kali dikaji dengan metode diplomatik oleh Gunning tahun 1881. Kemudian naskah tersebut disunting oleh H. Kraemer dengan judul Een Javaansche Primbon Uit De Zestiende Eeuw, dan pada tahun 1954 diterbitkan lagi oleh G.W.S Drewes dengan judul yang sama.
  2. Naskah Sunan Bonang disunting tahun 1916 oleh Schrike dengan judul Het Boek Van Bonang. Kemudian naskah tersebut disunting dan diterbitkan oleh Drewes dengan judul The Admonitions Of She Bari.
  3. Naskah Wirataparwa diterbitkan oleh Joynboll tahun 1938, dan kemudian diterbitkan kembali oleh Fokker dengan judul Wirataparwa, Opnieuw Uitgegeven, Vertaald An Togelicht.
  4. Naskah Arjunawiwaha yang diterbitkan tahun 1850 oleh Friederich dan Poerbatjaraka tahun 1926.

Pada abad ke-20 ini juga merupakan masa penerbitan naskah-naskah Nusantara keagamaan dari kelompok naskah Melayu dan naskah Jawa. Kegiatan ini dilakukan oleh para teolog untuk menghasilkan karya ilmiah dalam bidang teologi. Adapun naskah-naskah keagamaan ini dikenal dengan kesustraan kitab. Beberapa suntingan naskah dengan kritik teks antara lain dilakukan oleh Naguib Al-Attas mengenai tulisan-tulisan Hamzah Fansuri dengan judul The Mysticism Of Hamzah Fansuri tahun 1970, dan P. Verhove mengenai tulisan Nuruddin Al-Raniri dengan judul Malay Mysticism tahun 1957.










sumber:

catatan kuliah Agus Supriatna ketika menempuh pendidikan

Tidak ada komentar: