Al-Hasanah Publishing

Al-Hasanah Publishing
Punya naskah? Ingin diterbitkan jadi sebuah buku? Percayakan naskah Anda bersama penerbitan kami

Sabtu, 23 Februari 2019

MENGENAL AKSARA LONTARAQ BUGIS MAKASSAR

Naskah-naskah Bugis-Makassar sudah ada sejak abad ke-20. Naskah-naskah tersebut pada mulanya ditulis di atas daun lontar dan kemudian di atas kertas. Daun lontar yang digunakan dijahit sambung-menyambung dan digulung di atas bambu. Setiap naskah memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan naskah daerah lainnya, baik dari segi bahasa maupun aksara yang digunakannya. Aksara lama (Bugis-Makassar) masing-masing disebut "sulapaq eppaq" (aksara persegi) untuk aksara Bugis dan Makassar menggunakan aksara "jangang-jangang" (aksara burung). Aksara inilah yang kemudian disebut dengan aksara lontaraq.

Adapun karakteristik aksara Bugis-Makassar (aksara lontaraq) yaitu bahasa yang digunakan adalah bahasa Bugis-Makassar lama, cara penulisannya bersambung, setiap satu kelompok kata terdapat lima suku kata, dan memiliki sinonim pada setiap kata. Selain itu, naskah lontaraq terbagi atas sureq dan lontaraq. Sureq merupakan karya tulis yang termasuk karya sastra, sedangkan lontaraq merupakan karya tulis yang non sastra atau karya tulis yang lebih menonjolkan aspek kesejarahannya.

SUREQ

Secara umum, karya sastra terbagi atas karya sastra yang berbentuk prosa dan karya sastra yang berbentuk puisi. Prosa merupakan bentuk karangan bebas yang berbentuk cerita yang tidak terikat oleh pola-pola persajakan seperti pola suku kata, rima, maupun irama. Sedangkan puisi merupakan bentuk karangan yang terikat oleh pola-pola persajakan, seperti pola suku kata, irama, pemilihan kosa kata dan lain sebagainya.

Prosa dalam karya Bugis disebut prosa Bugis yaitu prosa rakyat yang dibagi menjadi:
  1.  Mitos merupakan cerita atau prosa rakyat yang dianggap benar-benar pernah terjadi dan dianggap suci bagi yang empunya cerita dan menjadi kepercayaan kolektif. Ciri-ciri dari mitos yaitu tokohnya adalah para dewa atau makhluk setengah dewa, peristiwanya terjadi di dunia lain atau dunia yang tidak pernah dikenal sekarang, dan kejadiannya terjadi pada masa lampau. Contoh dari mitos seperti La Galigo dan To Manurung.
  2. Legenda merupakan cerita atau prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh benar terjadi; berbeda dengan mitos, legenda bersifat sekuler yaitu tempat terjadinya peristiwa di dunia, oleh karena itu legenda sering sekali dipandang sebagai peristiwa sejarah kolektif (masyarakat pendukungnya). Macam-macam legenda yaitu: legenda keagamaan (contohnya legenda yang berhubungan dengan pantangan), legenda alam gaib (contohnya poppo dan parakang), legenda perseorangan (contohnya Lontaraqna Petta Malampeqe gemmegna (tokoh Arung Palakka)), dan legenda setempat (contohnya attoriolong (sejarah asal-usul dan silsilah keturunan raja-raja setempat)).
Puisi terbagi atas:
  1. Elong merupakan puisi, nyanyian atau lagu atau tembang. Contohnya elong assimellereng, elong ossong, elong pangaja, elong massagala, elong parere.
  2.  Werekkada merupakan sejenis ungkapan atau pepatah-pepatah Bugis
  3. Baca-baca (mantra) merupakan puisi yang mengandung unsur magis dan sakral. Jenis-jenis mantra Bugis antara lain: ceninrara (mantra pekasih), parimboloq (mantra kekebalan atau kekuatan fisik), paremmaq (mantra yang khusus digunakan untuk mempengaruhi orang lain), dan mantra rupa-rupa (seperti baca-baca pallaonruma)
  4. Paseng atau pappaseng adalah pesan atau amanat yang mengandung nilai kearifan. Contohnya pappasenna kajao laliddong ri Bone, to maccae ri Luwu.




LONTARAQ
  1.  Lontaraq Attoriolong (sejarah berdiri suatu kejadian, nenek moyang terdahulu)
  2. Lontaraq Panguriseng (sejarah nenek moyang atau silsilah)
  3. Lontaraq Bilang (catatan harian raja)
  4. Kotika (ilmu astronomi, perhitungan hari baik dan buruk untuk melakukan sesuatu/primbon)
  5. Lontaraq Pabbura (tata cara pengobatan tradisional)
  6. Lontaraq Assikalaibinengen (tata cara hubungan suami istri)
  7. Lontaraq Keagamaan (Al-Qur'an tulisan tangan, ajaran tasawuf, khutbah jumat, tata cara shalat, dan sebagainya)
  8. Lontaraq Adat Istiadat
  9. Surat-surat seperti perjanjian jual beli, kerjasama (nota kesepakatan), surat pribadi dan lain-lain

Tidak ada komentar: