Al-Hasanah Publishing

Al-Hasanah Publishing
Punya naskah? Ingin diterbitkan jadi sebuah buku? Percayakan naskah Anda bersama penerbitan kami

Kamis, 21 Februari 2019

WISATA SEJARAH KE MUSEUM LA GALIGO MAKASSAR

Museum La Galigo terletak di dalam Benteng Fort Rotterdam, Jl. Ujungpandang No.1 Makassar, Sulawesi Selatan. Museum La Galigo berjarak sekitar 600 meter dari pusat Kota Makassar (Lapangan Karebosi). Museum La Galigo sangat mudah diakses. Wisatawan dapat mencapai Benteng Fort Rotterdam dengan menggunakan angkutan umum, taksi, atau fasilitas transportasi hotel. Tiket masuk ke dalam museum hanya dikenakan biaya untuk dewasa sebesar Rp.3000,-, sedangkan untuk anak-anak hanya Rp.2.000,-.

Gedung museum La Galigo terbagi atas dua, yaitu gedung nomor dua dan gedung nomor sepuluh. Gedung museum La Galigo yang bernomor dua dapat dijumpai di Kompleks Benteng Fort Rotterdam, yang ketika melalui pintu gerbang Benteng, lalu membelok ke kiri dan akan menjumpai suatu gedung bergaya Eropa, bekas kediaman "Admiral C.Speelman" pada zaman Hindia Belanda. Sedangkan gedung museum La Galigo yang bernomor sepuluh, terletak disebelah selatannya.


Museum La Galigo merupakan museum yang pertama kali berdiri di Sulawesi Selatan dengan nama Celebes Museum pada tahun 1938, yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Kota Makassar sebagai ibukota Gouvernement Celebes en Onderhoorigheden (Pemerintahan Sulawesi dan Daerah Taklukannya). Kepala Museum pada saat itu adalah Tuan Ness. Celebes Museum bertempat di Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam) dan menempati bekas gedung kediaman Laksamana Cornelis Speelman, yaitu Gedung No.2.


Menjelang kedatangan Jepang di Kota Makassar, Celebes Museum telah menempati tiga gedung, yaitu Gedung No.2, Gedung No.5, dan Gedung No.8. Namun pada masa pendudukan Jepang, kegiatan museum terhenti dan mulai dirintis kembali oleh para budayawan setelah pembubaran Negara Indonesia Timur (NIT). Museum berdiri kembali pada tahun 1966, meski tidak dalam status resmi. Koleksi diperoleh dari sumbangan para budayawan, ditambah lagi dari koleksi Yayasan Matthes, Yayasan Pusat Kebudayaan Indonesia Timur, dan milik Inspeksi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan.

Empat tahun kemudian, dengan surat keputusan Gubernur (1970), museum secara resmi berdiri dengan nama Museum La Galigo. Selanjutnya melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1979), nama museum berubah menjadi Museum La Galigo Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 1988, Direktur Jenderal Kebudayaan melalui Direktur Permuseuman Jakarta mengelurakan keputusan tentang penyeragaman nama museum negeri tingkat provinsi seluruh Indonesia, yaitu mendahulukan nama provinsinya masing-masing kemudian diikuti nama lokalnya. Dengan demikian sekali lagi museum berganti nama menjadi Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan La Galigo. DI era otonomi, melalui surat keputusan Gubernur (2001), nama museum diganti menjadi UPTD Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan.

Salah satu gedung Museum La Galigo yaitu bernomor 2, terletak disebelah kiri pintu masuk gerbang Benteng Fort Rotterdam. Gedung Museum La Galigo No.2, pada masa Hindia Belanda merupakan kediaman Laksamana Cornelis Speelman. Kediaman Speelman ini, sekarang difungsikan sebagai ruang pameran Museum La Galigo. Gedung ini terdiri dari dua lantai, lantai pertama terdapat delapan ruangan dan lantai kedua sebanyak empat ruangan. Di lantai 1 (pertama) disajikan beberapa koleksi yang diatur pada:

Ruang 1 terdiri dari:
  • Maket Benteng Ujung Pandang
  • Benda-benda/bahan bangunan benteng
  • Peta lokasi Benteng Kerajaan Gowa
  • Foto-foto gedung yang dipugar
Ruang 2 terdiri dari:
  • Lukisan Prasejarah
  • Alat batu prasejarah
  • Koleksi Arkeologi 
Ruang 3 terdiri dari:
  • Disajikan koleksi Prasejarah (erong, dll)
  • Lukisan
  •  Sistem penguburan megalithikum
Ruang 4 terdiri dari: 
  • Gudang
Ruang 5 terdiri dari:
  • Disajikan koleksi Numismatik/uang prasejarah
  • Koleksi arkeologi
  • Koleksi mata uang zaman Jepang, kemerdekaan, uang ORI dan uang tahun 1946 keatas
Ruang 6 terdiri dari:
  • Koleksi etnografi (saringan air) 


Kemudian dilanjutkan ke tingkat II melalui tangga yang berada di ruangan enam. Di lantai II disajikan beberapa koleksi, yaitu sebagai berikut:

Ruang 7 dipamerkan koleksi kerajaan-kerajaan sebagai berikut:
  • Silsilah kerajaan Sawitto
  • Bendera dan payung Kerajaan Sawitto
  • Struktur pemerintahan Kerajaan Sawitto sebelum dan sesudah Islam
  • Struktur pemerintahan Kerjaan Wajo, Mandar dan Tana Toraja
  • Perabot rumah tangga kerajaan
  • Foto-foto pahlawan nasional dan daerah Sulawesi Selatan
Ruang 8 ditampilkan koleksi Kerajaan Luwu:
  • Silsilah Kerajaan Luwu
  • Struktur Kerajaan Luwu
  • Foto Raja Luwu
  • Lontara Kerajaan Luwu
  • Bendera kamummue
  • Bendera macangnge
  • Bendera goncingnge
Ruangan 9 dipamerkan koleksi Kerajaan Bone:
  • Pajung, salempang, keris dan tombak
  • Bendera Worong-Poronge
  • Bendera lima siattiange
  • Bendera samparajae
  • Bendera garudae  
  • Silsilah Kerajaan Bone
  • Struktur Kerajaan Bone
  • Stempel Kerajaan Bone
  • Pedang lamakawe
Ruang 10 dipamerkan koleksi Kerajaan Gowa:
  • Silsilah Kerajaan Gowa
  • Struktur Kerajaan Gowa
  • Payung la'leang sipueyya
  • Payung Kerajaan Gowa
  • Sudanga, kolara dan p janga-jangayya
  • Peta kekuasaan Kerajaan Gowa
  • Solokoa dan maket balla lompoa

Dari ruang lantai II, kembali ke ruang lantai sayu, kemudian masuk ke ruang 11 dan 12.
 
Ruang 11 dan 12 terdiri dari:
  • Keramik asing (Cing Dinasti, dll)
  • Peta lokasi penemuan keramik asing di Sulawesi Selatan 






SUMBER PUSTAKA

Anonim. 2008. Museum La Galigo. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, UPTD Museum La Galigo.

http://www.museumindonesia.com/museum/5/1/Museum_La_Galigo. Diakses, 2 Oktober 2010.

http://community.um.ac.id/showthread.php?93565-Epos-Terbesar-di-Museum-La-Galigo. Diakses, 2 Oktober 2010. 

Tidak ada komentar: