Ragam hias yang terdapat diberbagai tinggalan di Indonesia ditampilkan sesuai dengan fungsinya pada berbagai material seperti kayu, tembikar, batu dan kain tenun. Hal ini menunjukkan bahwa ragam hias adalah wujud dari budaya. Wujud budaya tersebut kemudian mengalami perkembangan. Budaya yang ada mengalami proses perubahan hingga membentuk akulturasi budaya. Akulturasi yang terjadi dapat dilihat pada beberapa ragam hias pada tinggalan masa lalu.
Tulisan ini menjelaskan perkembangan ragam hias di Indonesia mulai dari masa Prasejarah, Klasik dan masa Islam.
Ragam Hias Masa Prasejarah
Ragam hias masa prasejarah memiliki bentuk ornamen seperti geometris, manusia, tumbuhan dan binatang. Pada awalnya, ragam hias prasejarah muncul pada masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, salah satunya berupa lukisan binatang di dinding-dinding gua. Di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya di Leang Pettae, Van Heekeren menemukan lukisan seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah dibagian ujungnya. Lukisan ini dimaksudkan sebagai suatu pengharapan agar mereka berhasil didalam usahanya berburu dalam hutan. Babi rusa tadi digambarkan dengan garis-garis berwarna merah.
Ragam Hias Masa Klasik
Ragam hias masa klasik dilatarbelakangi oleh agama Hindu dan Budha, yaitu pada abad ke-4 atau ke-5. Ragam hias pada masa ini dipergunakan untuk menghias candi dan artefak lain seperti benda dari logam dan gerabah. Ragam hias yang berkembang pada masa klasik ada dua, yaitu bergaya naturalis dan stiliran.
Tulisan ini menjelaskan perkembangan ragam hias di Indonesia mulai dari masa Prasejarah, Klasik dan masa Islam.
Ragam Hias Masa Prasejarah
Ragam hias masa prasejarah memiliki bentuk ornamen seperti geometris, manusia, tumbuhan dan binatang. Pada awalnya, ragam hias prasejarah muncul pada masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, salah satunya berupa lukisan binatang di dinding-dinding gua. Di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya di Leang Pettae, Van Heekeren menemukan lukisan seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah dibagian ujungnya. Lukisan ini dimaksudkan sebagai suatu pengharapan agar mereka berhasil didalam usahanya berburu dalam hutan. Babi rusa tadi digambarkan dengan garis-garis berwarna merah.
Lukisan Babi Rusa di Gua Leang-Leang
Ragam Hias Masa Klasik
Ragam hias masa klasik dilatarbelakangi oleh agama Hindu dan Budha, yaitu pada abad ke-4 atau ke-5. Ragam hias pada masa ini dipergunakan untuk menghias candi dan artefak lain seperti benda dari logam dan gerabah. Ragam hias yang berkembang pada masa klasik ada dua, yaitu bergaya naturalis dan stiliran.
- Bergaya naturalis. Unsur yang digambarkan pada gaya naturalis sesuai dengan kenyataan yang ada. Unsur yang dimaksud terdiri atas ragam hias manusia, bentuk bangunan, binatang serta tumbuhan. Ragam hias yang ditampilakn pada gaya naturalis, digambar atau dibentuk sesuai dengan apa yang ada atau pernah dilihat oleh manusia pembuatnya.
- Bergaya stiliran. Unsur yang digambarkan pada gaya stiliran yaitu penggambaran bentuk-bentuk binatang atau figuratif bersifat lambang atau kiasan makna yang dibentuk dari rangkaian ragam hias sulur-suluran jenis tumbuh-tumbuhan yang menjalar dengan sulurnya pada batang pohon lain. Ragam hias pada gaya ini menggambarkan bentuk binatang dengan tidak menggambarkan secara langsung atau berbentuk lambang namun bermakna sebuah binatang tertentu.
Ragam Hias Masa Islam
Ragam hias pada masa Islam berkembang sekitar abad ke-11. Ragam hias pada masa ini terdapat dalam bentuk kaligrafi dan ornamen bangunan-bangunan masjid kuno di Indonesia, tetapi juga hiasan yang terdapat pada bangunan rumah tempat tinggal, dan serta berbagai peralatan rumah tangga. Ada dua variasi bentuk dalam ragam hias Islam, yaitu:
- Bentuk realis menjadi dekoratif
- Bentuk naturalis menjadi stiliran
Ragam hias yang berkembang pada masa Islam biasanya digambarkan dalam bentuk stiliran terutama ragam hias binatang. Ragam hias geometris juga banyak ditemukan di tinggalan masa Islam. Ragam hias geometris yang biasa ditemukan diantaranya berbentuk segitiga, segiempat, lingkaran, garis horizontal dan garis vertikal. Selain itu terdapat pula ragam hias bentuk patra, yaitu tumbuhan merambat atau sulur daun.
#arkeologi #arkeologiindonesia #tinggalanarkeologi #arkeologiprasejarah
#arkeologisejarah #arkeologiklasik #arkeologiislam #arkeologikolonial
#heritage #arkeologimaritim #tinggalanmasalalun #tinggalanbudaya
#budayamasalalu #sejarahbudaya #indonesia #wonderfulindonesia
#heritageindonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar