Al-Hasanah Publishing

Al-Hasanah Publishing
Punya naskah? Ingin diterbitkan jadi sebuah buku? Percayakan naskah Anda bersama penerbitan kami

Jumat, 21 Oktober 2022

Perhatian dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Arab Pada Masa Islam

Perhatian para penguasa terhadap ilmu pengetahuan pada abad pertama kekuasaannya sangat besar, karena umumnya mereka sendiri merupakan seorang ulama atau ilmuwan. Almanshur misalnya, dikenal memiliki daftar buku ilmu pengetahuan yang lengkap saat itu, beliau juga sebagai perawi Hadis yang baik, serta memiliki jiwa sastra yang tinggi danjuga sebagai kritikus sastra yang tajam.

Para penguasa sangat memerhatikan ulama, ilmuwan, budayawan, dan sastrawan dengan memberikan penghargaan yang tinggi, pemberian gaji dan fasilitas yang memadai, serta pemberian hadiah kepada mereka yang berprestasi. Perhatian kepada ilmu dan ilmuwan tanpa batas agama dan etnis, sebagaimana dikenal adanya ilmuwan dan penerjemah Nasrani seperti Hunain bin Ishak, Qustha bin Loqa, dan Hubaisyi.

Oleh karena perhatian para penguasa terhadap ilmu pengetahuan sangat besar, sehingga mengakibatkan perkembangan ilmu sangat cepat terutama setelah kegiatan pengumpulan berbagai bidang ilmu dari luar antara lain dari Asyuria, Babylonia, Finiqia, Mesir, India, Persi, Yunani, dan Romawi.

Kebutuhan akan pengembangan ilmu pengetahuan, menuntut lahirnya lembaga-lembaga pendidikan baik umum maupun khusus. Diantaranya pendidikan kedokteran yang menghasilkan dokter-dokter (masa Al-Ma'mun) dengan jumlah tidakkurang dari 800 orang dokter. Demikian pula pendidikan khusus farmasi, pendidikan militer, dan lainnya yang ikut lahir sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Sebagai pusat penerjemahan, penyalinan, dan pengkajian ilmu Khalifah Al'Ma'mun mendirikan seuahn lembaga yang dikenal dengan nama Baitul Hikmah. Lembanga tersebut berfungsi sebagai perguruan tinggi dan kepustakaan. Sejak saat itulah Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Selain itu pada Dinasi Bani Abbasiyah lebih mengutamakan pembinaan ilmu kebudayaan dan peradaban Islam.

Gerakan penerjemahan dilakukan dan dibagi dalam beberapa fase. Fase pertama yaitu pada masa Al-Mansur higga Harun Al-Rasyid, dimulai pada penerjemahan bidang astronomi dan Manthiq (logika). Pada fase kedua yaitu pada masa Al-Ma'mun hingga awal abad ke-11 M, dilakukan penerjemahan pada bidang filsafat dan kedokteran. Adapun fase ketiga yaitu abad ke-11 hingga akhir kekuasaan Bani Abbasiyah, penerjemahan sudah sangat meluas hampir pada seluruh bidang ilmu yang ada pada saat itu.

Penerjemahan dilakukan pada berbagai buku-buku baik berbahasa Yunani maupun bahasa lainnya. Buku-buku berbahasa Yunani antara lain: 8 buku Plato bidang Filsafat dan Sastra; 10 buku Socrates bidang Kedokteran; 19 buku Aristoteles bidang filsafat, Manthiq dan Sastra; 48 buku Jalianus bidang Kedokteran; dan 20 buku atau lebih pada karya Archimides, Aclides dan Bathlimus bidang Matematika dan Astronomi. Adapun buku-buku berbahasa lainnya antara lain: 20 buku ataulebih berbahasa Persi bidang Sejarah dan Sastra; 30 buku ataulebih berbahasa Sansekerta bidang Matematika, Kedokteran, Astronomi dan lain-lain; 20 buku atau lebih berbahasa Suryani Dean Nabathi bidang sihir dan pertanian; dansejumlah buku berbahasa Ibrani dan Latin.

Selain itu, terjadi juga perkembangan ilmu pengetahuan agama yang dikenal dengan Ilmu Tafsir AlQuran, Ilmu Hukum (Fiqh), dan Teologi Islam.

  1. Ilmu Tafsir Al-Quran dilakukan dengan dua metode;metode Al'Ma'tsur yaitu metode tradisional dengan berdasarkan penafsiran masa Rasul dan sahabatnya; dan metode Al-Ra'yu yaitu metoderasional yang dipengaruhi oleh perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan.
  2. Ilmu Hukum (Fiqh) dengan tokohnya Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Maliki (713-795 M), Imam Syafii (767-820 M), dan Imam Ahmad Ibnu Hamdal (780-855 M). Yang akhirnya melahirkan empat Mazhab besar yaitu: Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Safii, dan Mazhab Hambali. Pemikiran Imam Abu Hanifah lebih besar dipengaruhi oleh pemikiran rasional daripada Hadits, dan pemikiran Imam Maliklebih menekankan pada Hadits Nabi. Sementara pemikiran Imam Syafii dan Imam Ahmad Ibnu Hambal menggabungkan dua pemikiran antara rasio dan Hadits.
  3. Teologi Islam (Ilmu Kalam). Pemikiran teologi telah berkembang pada masa-masa Dinasti Bani Umayah dan berkembang meluas masa Dinasti Bani Abbasiyah, dengan pemikiran lebih kompleks dan sempurna. Tokoh pemikirannya antara lain perumus pemikiran Mu'Tazilah (801-835 M), tokoh perumus pemikiran Asy'Ariyah sebagai aliran tradisional adalah Abu Hasan Al-Asyari (873-935 M). Gelombang Hellenisme bersentuhan dengan pemikiran Islam dimulai dari pemikiran Teologi.

 

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat pada perkembangan ilmu pengetahuan terutama bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam bidang Astronomi dikenal dengan nama Al-Fazari (Al-Faragnus) sebagai astronom Islam yang pertamakali menyusun Astrolobe. Dalam bidang Kedokteran dikenal namaAl-Razi dan Ibnu Sina. Dalam bidang Optika dikenal nama Abu Ali Al-Hasan bin Al Haythami (Alhazen). Dalam bidang Kimia dikenal nama Jabir Ibnu Hayyan. Dalam bidang Matematika dikenal nama Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi yang merupakan pencipta ilmu AlJabar. Dalam bidang Sejarah dikenal nama Al-Mas'udi, Al-Yakubi, dan Al-Thabari. Dalam bidang Filsafat dikenal nama Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibn Rusyd.




sumber:

catatan kuliah Agus Supriatna ketika menempuh pendidikan

Tidak ada komentar: