Al-Hasanah Publishing

Al-Hasanah Publishing
Punya naskah? Ingin diterbitkan jadi sebuah buku? Percayakan naskah Anda bersama penerbitan kami

Jumat, 01 Februari 2019

MASJID TUA AL HILAL KATANGKA

BAB I
PENDAHULUAN

 Di Kabupaten Gowa terdapat Masjid tertua di Sulawesi Selatan yang dibuat tahun 1603, Masjid Al Hilal Katangka menjadi salah satu bukti masuknya agama Islam di Kabupaten Gowa pada tahun 1603. Masjid Al Hilal lebih dikenal dengan nama Masjid Katangka karena lokasinya yang berada di Katangka. Hilal (dalam sistem lunar penanggalan Arab) berarti bulan muda di ufuk timur yang menandai datngnya hari baru. Masjid Al Hilal berarti masjid yang menengarai datangnya masa baru.
Luasnya 174,24 meter persegi. Pada zamannya, masjid ini termasuk besar, mewah, dan dianggap penting karena konstruksinya terbuat dari batu bata. Hanya bangunan penting yang dibuat dari batu bata saat itu, seperti istana dan benteng.
Kehadiran Masjid Al Hilal Katangka inilah titik awal berkembangnya Islam di selatan Pulau Sulawesi. Islam diperkenalkan di Gowa oleh 41 mubaliq dari Timur Tengah dan tidak diketahui dengan jelas identitas resminya. Namun menurut cerita mereka memperkenalkan Islam melalui sholat Jum’at yang pertama kali dilaksanakan dibawah pohon Katangka, daerah yang kini bernama Jalan Syekh Yusuf, di Kecamatan Somba Opu. Setelah Raja Gowa ke 14 Sultan Alauddin memeluk Islam, dibangunlah sebuah Masjid yang kini masih berdiri dengan kokoh.

Pohon Katangka yang tadinya memayungi para mubaliq Timur Tengah saat sholat ditebang, kayunya dibuat sebagai bahan utama material bangunan Masjid. Dan sampai sekarang ini bagian atap atau kuda – kuda Masjid ini masih diyakini masyarakat dibangun dari pohon Katangka. Masjid Katangka, masjid tertua di Sulawesi Selatan, merupakan peninggalan sejarah kebangkitan Islam yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu situs sejarah dan purbakala.
Masjid itu terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, sekitar 1,5 kilometer (km) dari Sungguminasa, ibu kota Kabupaten Gowa atau sekitar 9 km dari Kota Makassar, tak jauh dari makam Pahlawan Nasional Syekh Jusuf atau tokoh yang dijuluki Tuanta Sa-lamaka, pemimpin yang membawa keselamatan umat.
Bangunan itu menyerupai arsitektur masjid Demak, dibangun tahun 1603, pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, Sultan Alauddin, Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Alauddin adalah kakek dari I Mallombassi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Tumenanga ri Balla Pangkana atau yang dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin, Raja Gowa ke-16.
Masjid itu dibangun di atas areal seluas 610 m2, luas bangunannya sekitar 212,7 m2 dan dikelilingi pagar besi dengan tiang pagar dari tembok, menghadap ke timur, memiliki halaman depan, mempunyai serambi dan ruang utama dan di sekitarnya terdapat makam raja-raja Gowa dan kerabat kerajaan.
Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid tersebut sering dijadikan tempat melepaskan nazar bagi sebagian warga Bugis-Makassar. Masjid itu sering dikunjungi warga yang datang dari berbagai tempat yang jauh, yang meyakini bahwa dengan melakukan salat pada bulan Ramadan di masjid tersebut akan mendapatkan berkah yang berlipat ganda.



BAB II
METODE

Pada tanggal 16 Oktober 2009, kelompok kami berdiskusi. Kami memutuskan untuk melakukan survey ke Masjid Tua Al Hilal Katangka yang terletak di Gowa. Kami memutuskan melakukan survey di Masjid Katangka karena kami ingin mengetahui lebih jelas dan pasti bagaimana keadaan dan bentuk dari Masjid Tua Al Hilal Katangka yang merupakan masjid tertua Sulawesi Selatan yang ada di Gowa saat ini.
Dalam mengambil data tentang Masjid Katangka, kami melakukan pengambilan data dengan dua metode. Metode yang kami lakukan adalah:
  1. Pencarian data pustaka
Pencarian data pustaka kami lakukan secara perorangan. Dimana setiap anggota kami bertugas mencari data di internet atau buku, yang berhubungan dengan Masjid Katangka. Pencarian data pustaka bertujuan agar memudahkan kami dalam pengambilan data tentang Masjid Katangka secara langsung.
  1. Pengamatan langsung
Setelah kami mencari data pustaka, kami melakukan pengamatan langsung di Masjid Katangka. Kegiatan survey kami lakukan pada tanggal 17 Oktober 2009. Sebelum berangkat untuk survey, kami berkumpul dan menyiapkan keperluan dan pembagian kerja. Kami berangkat ke Masjid Katangka pada pukul 11.00 WITA. Kami memerlukan waktu kira-kira satu jam untuk tiba di Masjid Katangka.
Setelah tiba di Masjid Katangka, kami beristirahat sekitar 15 menit dan setelah itu kami melakukan survey. Kami mensurvey sesuai pembagian tugas ketika sebelum berangkat. Ada yang mengambil data pada lingkungan sekitas masjid (Ade Ichsan), pengambilan data pada bagian utara dan selatan masjid (Kadir Juliansyah), pengambilan data pada bagian barat dan timur masjid (Rante Salempang), pengambilan data di dalam masjid (Meida Tri Berlianty), dan pengambilan gambar Masjid Katangka (Sasadara Hayunira).
Setelah selesai mengambil data, kami pun beristirahat sekaligus mengumpulkan data-data yang telah kita ambil tadi. Ketika selesai mengumpulkan data, kami pun bergegas untuk kembali ke rumah. Kami selesai mensurvey dan meninggalkan Masjid Katangka pada pukul 15.30 WITA.
Setelah melakukan pencarian data pustaka dan pengamatan langsung di lapangan, pada keesokan harinya kami menyusun dan membuat sebuah laporan tentang Masjid Al Hilal Katangka. Laporan yang dibuat sesuai dengan data yang telah kami peroleh.



BAB III
DESKRIPSI OBJEK

 Masjid Katangka terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, sekitar 1,5 kilometer (km) dari Sungguminasa, ibu kota Kabupaten Gowa atau sekitar 9 km dari Kota Makassar, tak jauh dari makam Pahlawan Nasional Syekh Jusuf. Masjid Katangka didirikan pada tahun 1603 dan diresmikan pada tahun 1981 oleh menteri Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan kebudayaan,  Prof. Dr. Haryati Soebadio.

 

Masjid Katangka dibangun di atas areal seluas 610 m2, dengan luas bangunannya sekitar 212,7 m2. Masjid katangka menghadap ke timur dan dikelilingi pagar besi dengan tiang pagar dari tembok dengan ketinggian sekitar satu meter. Ada enam jendela besar berukuran 3,5 x 1,5 meter dengan tebal satu meter lebih. Dindingnya terbuat dari batu bata yang cukup tebal, mencapai 120 sentimeter (cm).

 

 

Disekitar masjid, terdapat makam raja-raja Gowa dan kerabat kerajaan. Pada bagian selatan, masjid langsung berbatasan dengan jalan raya dan rumah penduduk. Pada bagian selatan masjid terdapat enam buah keran air yang difungsikan untuk mengambil air wudhu dan sebuah subur yang kira-kira berdiameter satu meter. Pada setiap sisi utara, selatan, timur dan barat, terdapat dua buah jendela. Masjid Katangka berdenah persegi empat, atapnya berbentuk merli atau tumpang, dan di atas atap terdapat lambang mustika.Masjid Katangka memiliki halaman depan. Di depan masjid terdapat sebuah aula atau baruga.

 

Baruga pada Masjid Katangka berbentuk persegi empat yang terbuat dari kayu. Atap baruga terbuat dari seng dan tiangnya terbuat dari kayu. Tiang tersebut terdiri atas 13 buah tiang di pinggir dan sebuah tiang di tengah baruga. Di atas palpon baruga terdapat dua buah kipas angin. Di dalam baruga, terdapat meja-meja kecil dan papan tulis kecil. Lantai pada aula masjid terbuat dari tehel.

 

Masjid Katangka memiliki dua pintu, dimana setiap pintu memiliki dua daun pintu. Di depan pintu sebelah kiri, terdapat sebuah bedug yang digunakan untuk menjelaskan masuknya waktu shalat. Sedangkan di depan pintu sebelah kanan, terdapat  dua buah rak sepatu. Walaupun memiliki dua pintu, tetapi pintu pada bagian kananlah yang selalu digunakan sedangkan yang sebelah kiri selalu tertutup.
Setelah kita masuk lewat pintu masjid, kita belum langsung masuk ke dalam masjid tetapi kita akan bertemu dengan ruang kosong yang di sebelah kanannya terdapat sebuah tempat mengambil air wudhu yang sudah tidak digunakan lagi. Setelah melewati ruangan ini, kita akan masuk ke dalam masjid melewati pintu masuk lagi berjumlah tiga pintu dengan dua daun pintu. Pintu ini sama ketika kita masuk pada ruangan sebelumnya, tetapi pintu ini memiliki tulisan Arab berbahasa Makassar di atas pintu.

 

Masjid Katangka memiliki ruang utama. Di ruang utama terdapat tiang dan mihrab serta ada mimbar. Tiangnya berjumlah empat berbentuk bulat yang dibuat dengan cor serta dilengkapi sembilan pilar pendukung berbentuk lingkaran dengan diameter 70 cm.
Struktur atapnya mirip bangunan joglo. Memiliki empat tiang penyangga yang dalam arsitektur Jawa disebut soko guru. Hanya saja terbuat dari susunan batu, bukan kayu. Terdapat dua lapis atap. Atap bagian atas berbentuk segi tiga piramida dengan bahan dari genting. Masjid ini juga memiliki serambi sebagaimana umumnya masjid di Jawa.

 

Terdapat sebuah mimbar dan sebuah mihrab yang terdapat tulisan Arab berbahasa Makassar terbuat dari ukiran kayu. Di samping kiri dan kanan mimbar, terdapat sebuah tombak yang panjang dan memiliki bendera. Pada sudut masjid sebelah kiri terdapat sebuah jam besar berukuran kira-kira dua meter.
Di dalam masjid terdapat lima buah mesin pendingin dan enam buah kipas angin. Di tengah-tengah masjid, terdapat sebuah lampu yang unik dan besar. Tiap-tiap sudut bagian atas masjid terdapat satu buah bola lampu.

 

Pada bagian atas tengah masjid terdapat sebuah pintu untuk menuju ke lantai dua masjid, tetapi tak memiliki tangga. Pintu tersebut berukuran kecil dan selalu tertutup. Ketika ingin naik ke lantai dua, pintu itu baru terbuka dan tangganya pun baru di pasang.



BAB IV
PENUTUP

 Masjid Tua al Hilal Katangka lebih dikenal dengan nama Masjid Katangka karena lokasinya yang berada di Katangka. Masjid itu terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, sekitar 1,5 kilometer (km) dari Sungguminasa, ibu kota Kabupaten Gowa atau sekitar 9 km dari Kota Makassar, tak jauh dari makam Pahlawan Nasional Syekh Jusuf.
Masjid Katangka merupakan masjid tertua di Sulawesi Selatan yang berada di Gowa. Masjid ini memiliki ruang utama, mihrab, mimbar, dan tempat wudhu. Masjid Katangka berdenah persegi empat serta atapnya berbentuk merlin atau tumpang. Pada bagian atas atap ada lambing mustika.
Selain digunakan sebagai tempat melaksanakan shalat, masjid ini dahulu juga digunakan sebagai benteng pertahanan pejuang yang ada di Gowa untuk menghadang serangan Belanda. Arsitektur masjid ini memperlihatkan dua kebudayaan, yaitu nuansa Jawa dan Cina.



DAFTAR PUSTAKA

 http://www.suarapembaruan.com/News/2007/09/20/Nusantar/nus12.htm. Di download, 16 Oktober 2009.
http://enjoy-makassar-id.blogspot.com/2008/12/masjid-katangka-masjid-tertua-di.htmlS. Di download, 16 Oktober 2009.
http://wisatasejarah.wordpress.com/2009/09/12/masjid-al-hilal-katangka/. Di download, 16 Oktober 2009.
http://www.potlot-adventure.com/2009/10/06/masjid-tua-katangka-situs-masuknya-agama-islam/. Di download, 16 Oktober 2009.
http://www.masjidistiqlal.com/index.php?modul=text&page=detail&textID=2856. Di download, 16 Oktober 2009.

Tidak ada komentar: